PERISTIWA MATAHARI DAN REMBULAN
Ketika hari kiamat akan datang matahari
akan diam di suatu tempat dan cahayanya akan hilang, maka mataharipun seperti
sedia kala tapi tanpa cahaya, seperti tersebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dzarr sebagai berikut:
عَنۡ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ تَعَالٰى
عَنۡهُ أَنَّهٗ قَالَ: قَالَ رَسُوۡلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ يَوۡمًا
حِيۡنَ غَرَبَتِ الشَّمۡسُ: يَا أَبَا ذَرٍّ أَتَدۡرِى أَيۡنَ تَذۡهَبُ الشَّمۡسُ؟
قُلۡتُ: اللهُ وَرَسُوۡلُهٗ أَعۡلَمُ. قَالَ: يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّهَا تَغۡرُبُ وَتَذۡهَبُ
تَحۡتَ الۡعَرۡشِ فَتَسۡتَأۡذِنُ أَنۡ تَسۡجُدَ لِلّٰهِ تَعَالٰى فَيَأۡذَنُ لَهَا
ثُمَّ تَسۡتَأۡذِنُ أَنۡ لَا تَطۡلُعَ إِلٰى الدُّنۡيَا لَمَّا رَأَتۡ مِنَ الۡمَعَاصِى
وَالۡمُنۡكَرَاتِ فَلَا يُؤۡذَنُ لَهَا، بَلۡ يُقَالُ لَهَا: اِرۡجِعِى مِنۡ حَيۡثُ
تَطۡلُعِى! فَتَطۡلُعُ مِنۡ مَشۡرِقِهَا.
Artinya : Diriwayatkan
dari Abu Dzarr RA ia berkata: Pada suatu hari, Rasulullah SAW bersabda ketika
matahari telah terbenam: “Wahai Abu Dzarr, tahukah engkau kemana perginya
matahari?” aku menjawab: “Allah dan Rasulnya lebih tahu”. Lalu Rasulullah SAW
bersabda: “Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya matahari terbenam dan pergi ke bawah
arsy, lalu ia memohon ijin untuk bersujud pada Allah, maka Allah pun
mengijinkannya, kemudian ia memohon ijin untuk tidak lagi terbit ke dunia
karena banyaknya kemaksiatan dan kemunkaran yang telah ia saksikan, tetapi
Allah tidak mengijinkannya. Lalu Allah berfirman kepadanya: “Kembalilah ke
tempat engkau terbit!”, lalu ia terbit dari arah timur”
Kemudian, jika
hari kiamat telah dekat, kefasikan dan kebohongan telah nampak jelas,
kemaksiatan dan dosa-dosa telah banyak dikerjakan di atas muka bumi, amar ma’ruf
nahi munkar telah hilang, hukum-hukum syari’at menjadi lemah karena tidak lagi
dilaksanakan, maka di saat itu matahari sujud di bawah ‘arsy selama satu malam
dan ia tidak diijinkan lagi untuk terbit, lalu bulan akan mendatangi tempatnya
matahari, lalu keduanya akan diam dalam satu tempat kira-kira selama tiga
hari-tiga malam.
Tidak ada yang
mengetahui panjangnya malam itu kecuali orang-orang yang biasa melaksanakan
sholat tahajjud, ketika mereka terjaga dari tidurnya mereka bangun untuk
melaksanakan ibadah, berbagai bentuk keta’atan, dzikir, wirid dan
kewajiban-kewajiban yang lain seperti yang telah biasa mereka lakukan tiap
malam. Karena fajar tidak juga terbit, merekapun melihat ke arah
bintang-bintang di langit dan bintang-bintang itupun masih ada seperti sedia
kala. Lalu mereka menyangka bahwa mereka telah kehilangan waktu untuk
beribadah, atau kurang khusyu’ dalam melaksanakan kewajiban. Lalu merekapun
semakin sungguh-sungguh dalam beribadah, tetapi fajar tidak juga terbit. Lantas
mereka kembali memandangi bintang-bintang di langit, dan lagi-lagi bintang itu
masih dalam keadaan seperti itu (tetap ada), kemudian mereka menjadi takut
karena adanya tanda-tanda ini, dan mereka yakin bahwa inilah tanda-tanda
datangnya hari kiamat. Maka mereka saling memberi kabar kepada yang lain, mereka
berkumpul di masjid untuk memohon belas kasihan pada Allah, mereka menangis
karena takut kepada Allah. Golongan ini (ahli tahajjud) ada dalam setiap
daerah, tetapi jumlahnya sedikit. Dan mereka termasuk golongan yang faqir, yang
tidak dianggap oleh orang-orang yang kaya.
Bersambung…………..